Halaman ini adalah mirror artikel yang pernah ada pada situs NikeArdilla (dot)net.
Judul "Tidak?" pengarang Putu Wijaya pengantar Nirwan Dewanto isi 278 hal. penerbit Pabelan Jayakarta, 1999 Seperti biasa Putu selalu membuat kejutan. Namun kejutannya kali ini membuat para pembaca bertanya-tanya, siapakah yang hendak disergapnya sebagai pembaca? Pertanyaan ini jelas mengusik karena dalam buku ini kelihatan sekali pengarang ingin merangkul masyarakat pembaca anak muda yang akrab dengan apa yang disebut novel populer. Pemilihan bahasa prokem yang lugas, masalah anak muda dan sosial yang menggelitik semuanya disajikan dengan baik ke dalam kumpulan cerpen terbaru Putu. Dengan santainya Putu mengangkat problem anak muda dan tokoh-tokoh cerpennya yang kemudian menjadi sosok karikatural. Misalnya dalam cerpen berjudul Nyokap, Tahun Baru atau Idola. Buku ini dibuka dengan cerpen Nike. Cerpen ini menceriatkan tentang seorang wartawan yang jemu karena popularitas almarhum penyanyi Nike Ardilla. Sang penyanyi terus menjadi berita tak ada habisnya, bahkan menjadi komoditi majalahnya sampai berita-berita lain terlupakan. Suatu hari si wartawan berubah pikiran ketika jatuh cinta dengan gadis yang berwajah mirip Nike Ardilla. Dengan sekejab ia berusaha mengetengahkan sisi lain Nike sebagai laporan utama majalahnya. Cerita tak berhenti sampai di situ. Sampai pada suatu ketika ia disogok majalah lain dengan cek sebesar 5 juta untuk membeberkan cerita tersembunyi tentang Nike. Sebuah awal yang baik, sekaligus langsung ‘tancap saja’ dan kemudian berlanjut dengan kejutan-kejutan lugas dan lancar.’teror’ yang yang pernah dikatakannya dalam setiap cerpen yang dibuatnya (baca pengantar Gres, kumpulan cerpen Putu Wijaya terbitan balai Pustaka, 1982) terasa benar dalam cerpen ini. Hal ini terus berlanjut dalam cerpen selanjutnya seperti Superstar, Idola, Kartini dengan ‘K’ kecil, Kebenaran, Munafik, Cerita Pendek bukan hanya Cerita Pendek dan Horor. Seperti biasanya pembuatan cerita Putu cenderung ‘tancap saja’ dan berjalan lancar tanpa struktur yang jelas. Hampir semua ide-ide cerita Putu bermuara dari spontanitas bukan kepada susunan metafor-metafor yang berat, tinggi bahkan njelimet. Spontanitas berlebihan tanpa kendali Putu ini membuat hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin sehingga cerita yang dibuatnya menjadi seru. Keunikan Putu kali ini banyak mengemas cerpen-cerpennya dengan pendekatan populer (yang disebut-sebut penikmat sastra serius ‘picisan’). Inilah salah satu kekuatannya yang tanpa bermaksud meuji benar-benar menggebrak. Pemaparan gaya populer penuh dengan kekonyolan-kekonyolan yang akhirnya dapat dimaklumi seperti misalnya kita memaklumi kekonyolan yang terjadi dalam film Indiana Jones, atau tokoh utama The Mask. Biar konyol tetapi pada akhirnya kita memaklumi sampai cerita tersebut selsai di depan mata kita. Sayangnya kekuatan Putu rada melorot terutama dalam cerpen Nyokap, Tahun Baru dan Surat untuk Valentino. Cerpen-cerpen tersebut pemilihan ending dan temanya mengalir tanpa greget, bahkan tanpa kekuatan ‘teror’ seperti biasa yang dibuatnya. Akan tetapi secara keseluruhan buku kumpulan cerpen ini masih menunjukkan kekuatannya sebagai cerpenis piawai. sumber: ada deh -- CuPs-- |
Foto / Image pendukung, mungkin tidak sepenuhnya ada; dikarenakan adanya keterbasatan space pada server ini.